Minggu, Agustus 09, 2009

Benarkah Sekarang Kita Sudah Aman

Peristiwa pengepungan sebuah rumah di Temanggung, Jawa Tengah yang diperkirakan ditempati oleh gembong teroris Noordin Moh. Top berhasil dilakukan oleh aparat khususnya oleh team densus 99 anti teroris. Melihat hasil yang diraih ini memang merupakan sebuah prestasi besar bagi Polri dan sebuah pukulan keras bagi para teroris yang telah kehilangan salah satu tokohnya yang kharismatik. Memang sampai saat ini belum diketahui dengan pasti apakah orang yang tertembak itu benar Noordin atau hanya salah satu anggotanya. Terlepas dari orang itu Noordin atau bukan, kita hendaknya tetap waspada. Kegiatan terorisme ini bukan hanya tergantung dari satu orang saja. Memang saat ini mungkin mereka akan lebih cooling down dulu, terutama setelah tidak adanya pucuk pimpinan yang akan menentukan arah tindakan mereka selanjutnya. Namun bila kita melihat pengalaman di luar negri, seakan pepatah mati satu tumbuh seribu ini berlaku buat kaum mereka.
Memang ada beberapa kejanggalan dalam penangkapan kali ini, selain buronan yang katanya sangat licin itu kok bisa ditangkap dan diendus keberadaannya sebegitu mudahnya dan juga tidak adanya pengawal atau kerabat yang ikut dengan dia pada saat penggerebekan itu. Terlepas itu semua kita semua harus berterimakasih atas kerja keras aparat dalam menggulung kegiatan terorisme ini. Namun hendaknya aparat tetap menjaga kewaspadaan, karena peperangan terhadap terorisme ini tidak akan pernah berakhir. Sebuah doktrin terutama yang berlandaskan agama sangat susat untuk diberantas walaupun doktrin itu menyesatkan. Lihat saja negara adidaya seperti Amerika saja tidak pernah berhenti untuk terus memerangi terorisme, walaupun kegiatan itu seperti sebuah topeng untuk mengesahkan perbuatan melanggar hak asasi mereka terhadap umat Islam umumnya. Kita sebagai umat Islam tentunya juga mengutuk perbuatan terorisme itu, karena jihad menurut saya harus disesuaikan dengan zaman dan keadaanya. Di Indonesia yang tidak terjadi perang hendaknya jihad dapat dilakukan dengan cara lain, baik dengan dakwah ataupun mengadakan kegiatan amal, sehingga orang lain atau agama lain bisa melihat intisari dari Islam itu adalah cinta dan kasih sayang. Agama kita tidak pernah mengajarkan untuk melakukan kekerasan.
Maju Terus Indonesiaku

Sabtu, Agustus 08, 2009

Tingkah Polah Para Pembawa Berita

Dengan semakin berkembangnya dunia penyiaran maka peran pembawa berita ataupun reporter semakin diperlukan sebagai ujung tombak atau garda terdepan dalam usaha memberikan atau menyampaikan informasi kepada pemirsa. Dengan semakin menjamurnya tv swasta di Indonesia hendaknya juga terjadi seleksi terhadap siapa saja yang pantas menjadi pembawa berita ataupun reporter. Kita sebagai pemirsa tentunya mengharapkan mendapatkan informasi yang akurat dan juga tepat dari mereka yang menyiarkan suatu berita. Banyaknya siaran langsung terhadap suatu kejadian tentunya membutuhkan reporter yang handal dan dapat dengan cepat mengendalikan situasi dan memberikan berita yang aktual kepada pemirsanya.
Tapi melihat apa yang disajikan oleh banyak televisi saya menjadi tertawa sendiri. Banyak reporter yang ternyata tidak menguasai apa yang akan diberitakannya, sehingga seringkali terjadi pengucapa yang salah kaprah ataupun malah lebih parah lagi salah sama sekali. Begitu juga dengan pembawa berita atau mereka yang sering mewawancarai narasumber, esensi dari wawancara itu adalah hendak mendapatkan informasi dari individu atau seseorang yang dianggap ahli atau menguasai masalah tersebut jadi bukan tugas pembawa acara untuk mendorong si pembicara untuk menyeusaikan dengan isi kepala si pembawa berita. Pembawa berita yang baik hendaknya dapat menjaga alur wawancara agar si nara sumber dapat memberikan informasi secara maksimal dan objektif, bukan berdasarkan kemauan si pembawa acara ataupun redaksi mereka. Yang kita lihat di tv kadang-kadang malah si penanya lebih pintar dari yang ditanya, ya kalau mereka lebih tau ya ngapain ngundang orang susah-susah ke kantor mereka.
Inilah yang saya sering lihat belakagan ini di televisi kita. Kembali ke tulisan saya belakangan ini yang menyatakan bahwa opini masyarakat lebih banyak terbentuk dari media televisi, maka hendaknya tv dapat membawa pengaruh positif bagi perkembangan intelektual masyarakat penontonnya dan bukan malah berusaha menambah bodoh pemirsanya. Sudah cukup pembodohan melalui infotainment ataupun sinetron kejar tayang yang tidak habis-habis selama ratingnya masih bagus, tapi hendaknya apabila kita menginginkan melihat suatu acara tv yang berkualitas kita bisa mendapatkannya di tv dalam negri tanpa harus mengikuti tv berlangganan yang tentunya tidak murah untuk berlangganannya.
Maju Terus Indonesiaku

Selasa, Agustus 04, 2009

Gajah Di Depan Mata Tak Tampak

Beberapa hari belakangan ini media kita gencar memberitakan tentang nasib para TKI yang terlantar di kolong jembatan di kota Jeddah. Bukannya saya tidak peduli akan nasib para TKI ilegal itu tapi menurut saya sebagai media yang paling banyak membawa pengaruh terhadap opini publik hendaknya media, televisi terutama dapat memilah-milah berita mana yang pantas untuk dikedepankan sebagai headlinenya. Seperti kita tahu bahwa para calon presiden dalam kampanye kemarin meneriakkan dan menjanjikan sekolah gratis bagi masyarakat, namun di lapangan hal itu sungguh berbeda. Memang bayaran SPP gratis tapi biaya yang harus ditanggun oleh orang tua untuk memasukkan anaknya di sekolah negri hampir mencapai angka jutaan. Hal ini sungguh diluar akal dan logika saya. Seperti yang kita tahu bahwa biaya operasional dan gaji guru telah ditanggung oleh pemerintah daerah, begitu juga untuk pengelolaan gedung sekolah, biaya ini telah ditanggung juga oleh pemerintah pusat. Jadi kalau ada sekolah yang mengharuskan siswa baru yang ingin masuk ke sekolah tersebut harus memberikan uang sumbangan sebesar hampir 7 atau 8 juta tentunya hal itu sangat memberatkan orang tua.
Nah menurut saya disinilah peran media untuk membentuk opini di masyarakat, sehingga masalah sekolah yang katanya gratis ini mendapat perhatian dari pemerintah. Pendidikan bagi anak-anak kita adalah hal yang terpenting dalam kelanjutan pembangunan bangsa dan hal ini harus mendapatkan prioritas utama dari pemerintah. Namun kini seakan-akan pemerintah menutup mata terhadap hal-hal seperti ini. Pembangunan SDM yang berkualitas haruslha didukung oleh sistem pendidikan yang memadai dan tidak memberatkan masyarakat. Bagaiman kita dapat memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak kita apabila uang untuk masuknya saja sama dengan uang masuk ketika saya ingin meneruskan ke perguruan tinggi negri.
Melihat hal ini hati saya sungguh merasa sedih, melihat bagaimana ternyata hak anak-anak Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak ternyata masih dibelenggu oleh uang, sesuatu yang tampaknya selalu menghantui berbagai masalah di Indonesia. Ternyata pendidikan murah dan dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat masih jauh dari harapan.
Sekarang tugas kita semua untuk membuka mata aparat yang berwenang untuk menyelesaikan masalah ini, janganlah kita hanya duduk berpangku tangan melihat semua ini. Hak untuk mendapatkan pendidikan adalah hak setiap warga negara. Disaat kini pemerintah menuntuk haknya dengan kewajiban kita membayar pajak, hendaknya hak kita sebagai warga negara juga diperhatikan, jadi jangan hanya mengingatkan akan kewajiban kita saja tapi hak kita dilupakan.
MAJU BANGSAKU, SEJAHTERA RAKYATKU