Rabu, Juni 30, 2010

Mana Lebih Penting

Belakangan ini hampir semua media memberitakan mengenai aksi dari sang vokalis Peterpan, Ariel yang katanya melakukan aksi pornografi dengan banyak wanita diantaranya Luna Maya dan Cut Tari. Yang menggangu saya dari pemberitaan ini adalah bahwa kini semua orang dan lapisan masyarakat sudah salah kaprah. Tidak hanya pemberitaan isinya hanya dimonopoli oleh Ariel cs tapi juga ekses negatif yang timbul dari pemberitaan yang berlebihan itu.
Bahkan organisasi agama seperti FPI lantang menyuarakan anti pornografi ini. Nah hal inilah yang saya bilang salah kaprah. Menurut saya justru orang-orang yang berteriak itulah yang lebih porno dibanding Ariel cs. Mengapa demikian? karena mereka yang berteriak menentang itu tentunya menonton film tersebut, tidak lucu bila mereka berteriak dengan sangat lantang tanpa pernah melihat film tersebut. Justru Ariel cs membuat film tersebut untuk keperluan pribadi.
Selain itu dengan maraknya pemberitaan mengenai hal ini, banyak hal lain yang lebih penting yang terbengkalai atau bahkan sengaja ingin dilupakan. Satu lagi yang saya sayangkan adalah akibat pemberitaan yang berlebihan dari infotainment bahkan kini anak kecil yang belum saatnya tau hal mengenai hubungan intim, kini tahu dan bahkan ibu-ibu pengajian seperti penasaran untuk melihat film tersebut. Disini saya melihat bahwa moral bangsa kita telah terdegradasi dengan sangat hebatnya. Bagaimana mungkin anak TK yang seharusnya hanya tahu membaca dan berhitung, kini justru pergi ke warnet untuk mencari film mengenai Ariel cs tersebut. Sedih saya melihat hal ini sampai terjadi di negara tercinta kita ini.
Hukum telah berjalan, biarlah hukum itu yang memberikan keadilan bagi Ariel cs, bukan dengan terus menerus memberikan porsi utama bagi setiap media untuk berita ini. Masih banyak hal lain yang lebih penting dibanding kelakuan tak bermoral Ariel cs tersebut. Dan buat mereka yang lantang berteriak ya mbok berkaca lebih dulu, justru andalah yang lebih porno dibanding Ariel cs.
Negara kita ini sudah diambang melorotnya moral bangsa. Hal yang penting dan membawa pengaruh bagi masyarakat luas seperti tabung gas konversi yang masih jauh dibawah standar hingga memakan banyak korban justru mendapat porsi yang sedikit. Bahkan korupsi yang dilakukan Gayus malah seperti tenggelam untuk nantinya malah terlupakan. Disini medialah yang paling bertanggung jawab. Media adalah corong bagi masalah yang ada di masyarakat, jadi apapun yang diberitakan oleh media itulah yang menjadi bahan pembicaraan masyarakat.
Kalau saya lihat, media kita masih seperti anak kecil dan tidak profesional. Media kita seakan-akan hanya ingin mencari sensasi sehingga bisa meningkatkan oplah dari perusahaannya tanpa memperhatikan akibat dari pemberitaannya. Banyak wartawan, terutama wartawan infotainment yang sangat tidak profesional, dengan memberitakan hal-hal yang bersifat fitnah dan juga tingkah laku mereka yang sangat liar apabila sedang mencari berita. Antara wartawan dan artis atau siapapun hendaknya meruapakan hubungan simbiosis mutualisme atau salig menguntungkan, tapi kini yang terjadi justru simbiosis parasitisme dimana para reporter justru mencari nafkah diatas penderitaan sang artis.
Lebih baik kita berkaca lebih dulu, sebelum berteriak menghujat orang lain, karena sesungguhnay kita belum tentu lebih baik dari orang yang kita hina ataupun hujat.

Minggu, Juni 27, 2010

Dalai Lama

Dalai Lama, nama ini sebenarnya sudah tidak asing buat telinga saya. Sebagai pemimpin spiritual dari Tibet beliau juga merupakan seseorang yang selalu membawa pesan damai ke seluruh dunia. Sebelum ini, saya tidak begitu tertarik dengan Dalai Lama, karena memang tidak begitu banyak acara di televisi Indonesia yang mengupas atau mewartakan kegiatannya. Namun sore tadi saat acara Face To Face yang disiarkan oleh Metro TV dengan pembawa acaranya Desi Anwar, saya melihat Dalai Lama sebagai seorang pemimpin yang sebenarnya sangat dibutuhkan tidak hanya oleh bangsa Tibet tapi juga seluruh dunia. Dalam percakapannya dengan Desi Anwar bisa kita lihat bagaimana pandangannya yang sangat brilia menurut saya terhadap umat manusia. Beliau memandang dirinya sama dengan 6 milyar penduduk dunia lainnya dan tidak merasa lebih. Dan satu yang bisa saya ambil kesimpulan dari percakapannya dengan Desi Anwar adalah bahwa kita boleh saling berbeda pandangan atau bahkan berbeda agama tapi kita hendaknya mendasari semua tindakan kita pada kasih sayang sesama manusia tidak peduli perbedaan yang ada.
Tidak hanya fasih berbahasa Inggris namun pandangannya sebagai seseorang yang sedang diasingkan oleh pemerintah China sungguh diluar dugaan. Dalai Lama mampu menggambarkan bagaimana keadaan dunia secara global sekarang ini. Mulai dari isu tentang konflik yang diakibatkan karena perbedaan agama yang terjadi setelah 9/11 tapi juga mengenai isu global warming.
Sungguh merupakan individu yang sangat brilian, Dalai Lama ini. Dia mengumpamakan bahwa kehidupan di dunia ini merupakan level ke dua, dan level inilah yang selalu diutamakan oleh umat manusia, sehingga selalu terjadi gesekan kepentingan diantara masyarakat dunia yang disebabkan tidak hanya karena kepentingan ekonomi namun juga karena perebuatan kekuasaan.
Sungguh merupakan suatu pencerahan bagi diri saya melihat acara tersebut. Kini saya bertekad untuk lebih memperdalam pengetahuan saya mengenai Dalai Lama dan filosofi hidupnya.