Sabtu, November 06, 2010

Indonesia Menangis

Bencana datang silih berganti menghantam negara kita yang tercinta ini. Mulai dari banjir bandang di Wasior kemudian bencana tsunami yang melanda Mentawai dan yang terakhir dan paling banyak memakan korban jiwa adalah meletusnya Gunung Merapi. Baru saja kita berduka dengan kejadian di Wasior dimana banjir itu telah meluluhlantakkan banyak rumah sehingga banyak dari warga Wasior yang mengungsi tiba-tiba datang tsunami di Mentawai. Bencana tsunami ini sebenarnya sudah diperingatkan oleh BMKG setempat namun setelah satu jam tidak menunjukkan tanda-tanda akan terjadi, maka pernyataan tersebutpun dicabut, namun apa nyana tak lama setelah peringatan itu dicabut, datanglah bencana itu. Tsunami menghantam bagian selatan dan utara pulau Pagai di kepulauan Mentawai.
Yang menjadi masalah dalam memberikan bantuan ke Mentawai adalah karena tidak menentunya cuaca di sekitar kepulauan tersebut selain itu daerah-daerah yang paling banyak jatuh korban terletak di daerah yang terisolir dan sangat susah untuk memberikan bantuan ke daerah tersebut. Para sukarelawan yang ingin membantu bahkan tertahan di Bengkulu karena pesawat yang akan membawanya tidak berani terbang karena cuaca ekstrem yang tidak menentu. Namun dibalik menderitanya korban tsunami, pemimpin daerah Sumatera Barat bukannya menjadi orang nomor satu untuk menggerakkan bantuan menuju daerah tersebut namun gubernur Sumetera Barat malah terbang ke Jerman untuk memberikan presentasi potensi daerahnya kepada gubernur Bavarian. Saya tidak tahu apakah beliau ini mempunyai hati atau tidak, namun apapun alasannya bahwa hal itu dilakukan untuk mensejahterakan Sumbar namun seharusnya beliaulah yang menjadi orang yang menggerakkan bantuan kepada para korban yang sangat membutuhkan bantuan makanan dan obat-obatan.
Belum selesai kesedihan di Sumbar, Gunung Merapi di Jawa Tengah malah menyemburkan kemarahnnya. Abu panas yang dihasilkan oleh letusan gunung tersebut atau sering disebut "Wedus Gembel" semakin banyak mengambil korban. Sebelumnya daerah yang harus dikosongkan adalah sejauh 3 km dari kaki gunung merapi, namun kamis kemarin terjadi letusan yang sangat besar yang menyebabkan abu panas tersebut mencapai lebih dari 15 km. Kini daerah yang dianggap aman adalah 20 km dari kaki merapi. Letusan yang tidak diduga-duga tersebut banyak memakan korban karena sebelumnya Badan Vulkanologi telah menyatakan bahwa daerah berbahaya hanya sejauh 3 km, namun pada kenyataannya letusan pada tengah malam tersebut mengeluarkan debu panas hingga mencapai 18 km lebih. Rumah sakit disekitar daerah bencana penuh dengan korban yang kebanyakan mengalami luka bakar. Selain debu panas, Merapi juga mengeluarkan abu vulkanik yang karena hujan mengakibatkan lumpur yang tidak sedikit dan juga aliran lahar dingin yang sangat membahayakan.
Entah apa yang telah kita lakukan, apa yang telah negara kita lakukan namun hendaknya hal ini menjadi awal yang baik bagi kita semua dimana kita harus ikhlas menerima ini semua dan bersatu untuk memberikan bantuan kepada para korban. Hendaknya pemimpin negara ini setelah bencana yang beruntun ini akan membentuk suatu badan yang memang mengurusi masalah bencana sehingga bantuan kepada para korban tidak serampangan dan mampu mencapai semua daerah. Kini yang terjadi para sukarelawan tidak tahu apa yang harus dilakukan karena tidak adanya komando yang memberitahukan apa yang harus mereka lakukan.
Mungkin ini semua teguran dari Sang Maha Kuasa agar kita semua lebih meningkatkan ketaqwaan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.