Minggu, Desember 13, 2009

Sri Mulyani, Beodiono dan Bank Century

Beberapa hari belakangan ini semua media massa serempak memberitakan mengenai kasus bank century sebagai berita utamanya. Tidak sedikit para petinggi negara yang terseret dalam kasus ini. Namun dari semua nama yang santer disebut ada dua nama yang tampaknya menjadi public enemy no.1 masyarakat sekarang ini. Mereka adalah Sri Mulyani dan Boediono. Kedua orang ini menjadi sorotan utama karena keputusan yang mereka ambil untuk membail out bank century dalam rapat KSSK yang dilaksanakan dini hari dari jam 00.30 sampai jam 04.30. Bila kita melihat dari waktu pelaksanaan rapat ini, tentunya bank century adalah bank yang sangat penting bagi negara ini sehingga seorang Sri Mulyani yang sedang menemani presiden keluar negeri harus segera pulang dan mengikuti rapat tersebut.
Alasan yang dikeluarkan oleh Sri Mulyani dan Boediono adalah bahwa apabila bank ini terpaksa harus ditutup maka akan menimbulkan kepanikan di masyarakat. Jadi pengambilan keputusan itu sudah memenuhi undang-undang dan tidak ada kepentingan lain selain itu. Saat ini opini masyarakat terbelah dua antara yang mendukung Sri Mulyani dan yang berusaha untuk menurunkan Sri Mulyani. Memang Sri Mulyani adalah akademisi dan ekonom yang sangat ahli dibidangnya dan kita rasa kita juga tidak perlu meragukan kapasitasnya dalam bidang ekonomi, namun bila kita juga mau fair melihat masalah ini kita akan melihat banyak keganjilan dalam pengambilan keputusan itu. Sri Mulyani dan Boediono, keduanya memang orang baik namun mereka berdua ini adalah orang yang tidak berani untuk menentang arus kuat diatas mereka, apalagi apabila ada pengaruh luar negri didalamnya. Bukannya meragukan rasa nasionalisme mereka berdua, namun mereka akan mengambil jalan yang aman saja.
Dalam keterangannya, sri mulyani mengatakan bahwa bank century adalah bank yang harus diselamatkan karena bila tidak dapat menimbulkan kepanikan di masyarakat. Bagaimana bank yang kalau ditanyakan pada mayoritas masyarakat namanya saja banyak yang tidak tahu bisa berpengaruh begitu besar. Bagaimana bank yang rasio keuangannya saja kurang dari 0,01 persen dari keseluruhan aset bank yang ada di Indonesia disebut bank yang berpengaruh. Dari hal ini saja kita sudah bisa melihat keganjilan dalam keputusan itu. Lalu uang yang diberikan kepada century yang pada perjanjiannya hanya berkisar ratusan milyar bisa membengkak menjadi 6 trilyun, bagaimana hal ini bisa terjadi. Pinjaman yang pertama jelas-jelas sudah dirampok tapi tetap saja pinjaman yang kedua dan ketiga dikeluarkan.
Beberapa hari belakangan ini, banyak dukungan dari para facobooker terhadap sri mulyani terutama oleh mereka yang(katanya) mengerti ekonomi. Saya memang bukan ahli ekonomi dan bidang ilmu keahlian saya juga bukan ekonomi, tapi sebagai orang awam yang sedikit tahu mengenai ekonomi apabila kita memberikan pinjaman pada seseorang lalu pada saat kita minta untuk dikembalikan tapi dia minta pinjam lagi lalu disaat kita tahu bahwa orang itu akan bangkrut eh kita malah meminjamkan lagi sejumlah uang yang lebih besar, apa ini yang disebut prinsip ekonomi. Ya sri mulyani memang guru besar ekonomi di Universitas Indonesia. Sebagai sesama almamater saya tidak meragukan kualitas akademis beliau tapi belum tentu seorang civitas akademika UI tidak bisa berbuat salah.
Sekarang kita tidak perlu mempermasalahkan lagi tentang kesahihan pengambilan keputusan tersebut, tapi sekarang kita hanya minta tanggung jawab dari para pengambil keputusan itu untuk mengembalikan uang rakyat yang sudah diberikan kepada robert tantular. Toh karena keputusan anda berdua maka uang tersebut dialirkan kepada bank century. Jadi kita sekarang tidak perlu berpolemik lagi tentang hal lain, yang kita minta hanya agar Sri Mulyani dan Boediono bertanggung jawab untuk mengembalikan uang yang 6 trilyun itu kepada rakyat, itu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar