Jumat, Maret 13, 2009

A Man Behind The Song

Setiap musisi mungkin tidak semuanya membutuhkan jasa seorang produser dalam pembuatan albumnya. Namun bagi sebagian musisi kehadiran seorang produser mungking sangat dibutuhkan disaat mereka menemui kebuntuan dalam berkarya dan mereka membutuhkan masukan dari pihak lain selain dirinya.
Kalau bicara produser kelas atas mungkin banyak nama bisa saya sebutkan. Brian Eno, Dr. Dre dan lain-lain. Namun bagi saya hanya ada satu nama di kancah musik dunia yang benar-benar dapat mengeluarkan apa yang tersimpan dari seorang musisi. Nama itu ialah Rick Rubin. Rick Rubin, pertama kali saya membaca nama itu, pada saat album RHCP "Blood Sugar Sex Magic", lihatlah apa yang berhasil dilakukannya terhadap Kiedies dan Flea. Album ini boleh dibilang album terbaik sepanjang masa bagi RHCP. Lalu pada album "Ten"nya Pearl Jam, sampai sekarang ini (ini menurut saya lho) originalitas band ini ya ada pada album ini. Dengan raungan gitar dan suara serak Eddie Vedder benar-benar memberi arti baru bagi kata grunge. Tidak sedikit band besar yang mempergunakan jasanya. Bahkan Rick tidak hanya bekerja dengan satu aliran saja. Dia pernah bekerjasama denga Jay Z dalam "Black Album"nya dan tampil dalam videoklip "99 Problems".
Bahkan Metallica meminta Rick untuk memproduseri album terbaru mereka "Death Magnetic".
Apa mungkin ya kalau kangen band di produseri sama Rick Rubin, menjelma menjadi kayak semacam Placebo gitu...ngayal aja lu Ben...

Kamis, Maret 12, 2009

Eric Cantona dan Manchester United


Sebetulnya saya ini bukan penggila bola, namun cukuplah memperhatikan apa saja yang terjadi dalam kancah persepakbolaan dunia. Saya jatuh cinta pertama kali pada sepak bola pada saat final piala dunia tahun 1986 dimana Maradonna membawa Argentina menjadi jawaranya. Nah sejak itulah saya rajin untuk mengikuti perkembangan olah raga yang satu ini. Banyak liga yang bergulir di seantero penjuru dunia, namun saya rasa kita perlu amini kalau hanya ada 3 liga saja yang patut diberi perhatian lebih, yaitu Inggris, Italia dan Spanyol.
Nah, kalau menyebut daratan yang satu ini, mereka seakan-akan menyatakan bahwa sepakbola modern itu berasal dari mereka. Ya terserahlan mereka mau bilang apa, yang penting saya bisa menyaksikan pertandigan yang apik yang mereka peragakan. Waktu dulu yang saya tahu di Inggris itu hanya satu klub yaitu Liverpool, dengan trio pemainnya John Barners, Peter Bardsley dan Ian Rush. Namun seiring bertambahnya usia, kejayaan mereka perlahan-lahan meredup. Nah disaat itulah saya melihat secercah cahaya terang dalam dunia sepakbola Inggris. Baru pertama kali saya melihat satu orang pemain yang dengan cerdiknya bisa menyusun suatu skema penyerangan yang dimulai dari tengah dan berhasil diselesaikan olehnya sendiri dengan sebuah gol yang indah. Yang bisa melakukannya adalah "The King", Eric Cantona. Sejak saat itu saya jatuh cinta pada si Eric ini, dan tentunya jadi membela klub yang dibelanya yaitu Manchester United.
Walaupun dia tidak pernah dipanggil untuk memperkuat tim nasional Perancis, namun pria yang satu ini tetap menjadi raja di Old Trafford. Tidak ada yang bisa menggantikannya. Ya mungkin orang jama dulu lebih mengenal Bobby Charlton. Namun sepakbola jama dulu belum sekeras seperti sekarang ini, dimana dibutuhkan seorang pemain yang benar-benar bemental baja untuk menjadi juara. Cantona dapat memberi tauladan dan kepemimpinan di lapangan bagi para pemain lainnya di lapangan. Walaupun ada insiden dimana dia menendang seorang suporter lawan, namun ya itulah di Cantona. Bukan Cantona namanaya kalau tidak ada insiden tendangan kungfu tersebut.
Dengan kombinasi yang apik antara pelatih yang kharismatik Sir Alex Ferguson dan si anak bandel Eric Cantona, MU menjelma menjadi dinasti kekuatan di Inggris Raya. Mereka berdualah yang memberi jalan untuk segala kejayaan dimasa sekarang ini.
Thank King for giving me an excitement of football to my life

Rabu, Maret 11, 2009

The Father of Pop Art


Andy Warhol dilahirkan oleh keluarga imigran yang berasal dari Slovakia pada tanggal 6 Agustus 1928. Dibesarkan di daerah pekerja kelas menengah di kota Pittsburgh, Warhol telah menunjukkan ketertarikannya pada bidang melukis dan fotografi pada usia dini. Dia adalah orang pertama di keluarganya yang berhasil masuk ke perguruan tinggi, Carnegie Institute of Technology(sekarang menjadi Carnegie Mellon University). Dia masuk pada tahun 1945, dan mengambil jurusan Pictorial Design.
Setelah lulus, dia berinisiatif untuk pindah ke New York yang merupakan episentrum dari dunia seni, penerbitan dan fashion. Seperti sudah ditakdirkan, karirnya berkembang pesat di sini dengan menjadi ilustrator di beberapa majalah ternama antara lain Glamour, Vogue, Harper's Bazaar dan Newyorker. Artikel yang pertama yang ditulisnya untuk Vogue berjudul"Succes in a job in Newyork".
Andy Warhol mencapai puncak ketenarannya dan pengakuan dari dunia internasional sejak tahun 1960, banyak karyanya yang saat ini dianggap sebagai ikon dunia seni pop abad ini.

Selasa, Maret 10, 2009

Stephen King dan Horor

Sebenarnya saya ini orang yang penakut. Kalau mau jujur nih, waktu kecil kalo mau ke kamar mandi waktu malam saya pasti ngebangunin adik saya untuk minta ditemani ke kamar mandi. Namun entah kenapa saya gemar sekali nonton film genre satu ini. Salah satu pengarang horor kesukaan saya adalah Stephen King, bukan sok barat tapi orang satu ini memang liar imajinasinya, kalau kita sudah membaca bukunya akan susah untuk meletakkannya walau hanya untuk ngambil minum di kulkas. Sudah banyak bukunya yang diangkat ke layar lebar, namun favorit saya adalah yang berjudul "IT". Seperti kebanyakan pengarang luar nagari lainnya dia sangat memperhatikan detail dari ceritanya bahkan sampai yang terkecil sehingga kita seakan terbenam dalam cerita itu. Tapi harus kita akui dong, hantunya orang luar ngak seseram hantu kita. Hantu mereka paling serem ya paling zombie, tapi kalo kite...he..he..jangan ditanya deh...dari bayi sampe nenek-nenek natesnya pasti ada and udah pasti serem banget. Ini beberapa buku karangannya yang saya koleksi.

Kartun Yang Mendidik


Bulan puasa kemarin ada satu acara yang sangat saya tunggu-tunggu selain beduk Maghrib tentunya. Acara itu adalah serial kartun Upin dan Ipin. Kartun buatan Malaysia ini sungguh sangat menarik dan banyak memberi sauri tauladan bahkan untuk orang dewasa yang menyaksikannya. Sungguh diluar dugaan saya, Malaysia bisa menghasilkan serial kartun dengan kualitas sebagus itu. Sungguh saya merasa malu melihat kemajuan yang dialami oleh negara tetangga kita tersebut. Bagaimana dulu justru kita memandang sebelah mata pada produk mereka, namun sekarang ini justru terbalik. Ah kita sudahi dulu saja mengenai masalah ini, toh yang saya mau bahas di sini adalah Upin dan Ipin, bukan tentang Indonesia yang makin terpuruk.
Melihat tingkap polah dua kakak beradik ini sungguh memikat hati dan kadang-kadang kita tertawa sendiri melihat kepolosan tingkah mereka berdua. Betapa kita dapat melihat diri kita sendiri dengan melihat perbuatan mereka. Kalau saya mau jujur malah saya rasa lebih banyak manfaat yang kita dapat dari menonton acara ini daripada untuk menunggu beduk Maghrib melihat acara lain yang diisi oleh acara komedi yang pengisi acaranya sama saja di setiap channel. Untuk yang satu ini saya angkat topi untuk Upin dan Ipin, karena telah membuat waktu menunggu beduk jadi sesuatu yang menyenangkan.

Senin, Maret 09, 2009

Aku dan Mandalawangi





Buat saya Pangrango bukan sekedar gunung biasa. Pangrango adalah gunung pertama yang saya daki dan sejak pendakian itu saya jatuh cinta kepada Pangrango. Bukan sok pencinta alam nih, tapi ada kenikmatan yang tidak bisa saya ungkapakan kepada siapapun pada saat saya menginjakkan kaki di Mandalawangi. Banyak kenangan yang tidak akan terlupakan dalam perjalanan mendaki gunung ini. Buat Herman Lantang atapun Norman Edwin mungkin pendakian ke puncak pangrango bisa dilakukan dalam hitungan jam, bahkan kalau mereka sedang memasak dan kehabisan minyak tanah mereka akan dengan sigapnya berlari dan berkata, "gua kebawah dulu ya, beli minyak tanah". Namun buat saya justru memberi arti lebih apabila semua itu kita lakukan dengan penuh perasaan baik itu perasaan jengkel, marah, capek, bahagia, sedih, semua campur aduk jadi satu dalam perjalanan yang menghabiskan waktu lebih dari 1 hari. Pertama kali saya mendaki Pangrango, saya melalui jalur Lido, 1 blat peta itu perjalanannya. Terima kasih Pangrango, terima kasih Mandalawangi, kau telah memberi arti baru mengenai hidup, bahwa hidup itu memang harus melalui perjuangan dan walaupun perjalanan itu memang terjal namun kita harus yakin bahwa di atas sana akan ada kebahagiaan yang menunggu kita semua.

Drink This


Banyak whiskey yang ditawarkan sekarang ini, dari yang import sampai yang buatan lokal. Kalo kantong lagi tipis mungkin topi miring saja sudah cukup, namun apabila anda ingin merasakan nikmatnya whiskey, saya rasa anda harus mencoba yang satu ini. Bagi sebagian orang mungkin lebih memilih baik Jack Daniels maupun Jim Beam, ngak tau karena memang doyan atau cuma ikut-ikutan. Ada satu merk yang sangat saya sukai. Saya kenal minuman ini dari teman saya, seorang rekan berpetualang semasa muda(nama kerennya jenge). Pada suatu saat dia membawa satu botol minuman import yang saya belum kenal sebelumnya, bentuknya hampir sama seperti botol minuman lain. Well singkat cerita you must at least try this liqour if realy like to get waste. Bukan promosi nih, tapi Southern Comfort benar-benar memberi kenyamanan suasana selatan di tenggorokan saya, dan sebagai penutup saya ucapkan selamat mencoba.