Senin, April 20, 2009

Mengapa Harus Dibela Bila Salah

Beberapa hari yang lalu SBY memberikan pidato kenegaraan tentang hasil pemilu legislatif. Dalam pidatonya itu, SBY menekankan bahwa pemilu 2009 ini berjalan dengan sukses. Dalam pidatonya dia menjelaskan tentang kerumitan pemilu sekarang dengan 2 pemilu sebelumnya, baik dalam jumlah partainya maupun kerumitan cara penghitungan suaranya. Selain itu dalam pidatonya itu,SBY juga menghimbau agar kita semua mau memberi kesempatan kepada KPU sebagai pelaksana pemilu dan tidak sembarang menyalahkannya tanpa ada bukti yang kuat.
Dari pidatonya ini saya melihat bahwa ada sedikit kekhawatiran dari SBY bahwa akan banyak pihak yang tidak menerima hasil dari pemilu yang baru saja dilaksankan ini, terutama bila melihat banyaknya penolakan oleh partai terhadap hasil penghitunga suara. Dengan dia berpidato, menurut saya justru membuat pemerintah tampak membela KPU yang jelas-jelas telah banyak membuat kesalahan dalam pelaksanaan pemilu kali ini. Selain itu dengan menghimbau warga masyarakat untuk tetap tenang dalam hal ini justru dapat menimbulkan kesan bahwa memang ada kecurangan dalam pelaksanaan pemilu. Selain itu sebagai pemimpin yang baik adalah tidak etis apabila SBY dengan lantangnya berbicara di televisi nasional mengatakan bahwa kepada setiap orang yang tidak puas akan hasil pemilu, terutama para petinggi partai politik jangan asal berbicara saja tanpa ada bukti. Hal ini justru memperkeruh suasana diantara para pesaingnya. Seharusnya dia bisa menahan diri, apalagi demokrat telah memimpin dalam perolehan suara sementara, sehingga tidak perlu khawatir seperti itu.
Disini bisa kita lihat bahwa para elite politik kita masih jauh dari yang kita inginkan. Saling tuding dan saling menyalahkan masih saja terjadi. Jiwa besar dan mau menerima kekalahan secara jantan tampaknya hanya angan-angan belaka. Menurut saya sebaiknya SBY lebih peduli pada nasib rakyat dibanding persaingannya dengan Megawati dalam perebutan kursi presiden.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar